Monday, February 8, 2010

Energi Hidrokinetik dari Selat Lombok

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai negara yang memiliki belasan ribu pulau, Indonesia mempunyai energi yang bersumber dari gelombang dan arus laut yang besar. Salah satu yang dapat dikembangkan pemanfaatannya adalah gaya kinetik dari arus laut yang berada di selat. Daerah yang memiliki potensi besar hidrokinetik untuk pembangkit listrik adalah Selat Sunda, Selat Bali dan Selat Lombok.

BJ Habibie, mantan Presiden RI yang juga bekas Menteri Negara Riset dan Teknologi memaparkan pemikirannya itu sebagai pembicara kunci pada acara tentang energi terbarukan untuk masa depan yang diselenggarakan Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang lingkungan dan energi terbarukan termasuk nuklir, di Jakarta. LSM itu adalah Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL), Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI), Institut Energi Nuklir (IEN), dan Women in Nuclear (WIN) Indonesia.

Menurut pakar teknologi penerbangan ini, gaya kinetik di daerah selat tersebut memang tinggi karena menghimpun tekanan arus dari laut lepas. Selat Sunda mendapat pasokan arus dari Laut China Selatan. Sedangkan Selat Bali dan Lombok mendapat aliran arus laut Samudera Pasifik yang melalui Selat Makasar. “Di Selat Lombok itulah tercatat arusnya yang terkuat di Indonesia,” ujar Habibie.

Melihat lokasi selat itu berada di dekat Jawa dan Bali, maka menurutnya sumber energi terbarukan ini berpotensi untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di interkoneksi Jamali (Jawa Madura Bali) pada masa depan.

Daya kinetik arus laut di Selat Lombok ini dapat difungsikan untuk memompa air naik ke tebing pantai di Bali Timur. Selanjutnya air laut itu digunakan untuk menggerakkan turbin di waduk buatan yang dapat dibangun di daerah itu. "Pengelolaan potensi arus laut ini sebagai pembangkit dapat ditawarkan ke pihak swasta seperti halnya ladang minyak di lepas pantai," lanjutnya.

Masih mahal

Menanggapi pemikiran Habibie, Direktur Pengembangan Sumberdaya Energi BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Unggul Priyanto yang juga Masyarakat Energi Indonesia, Jumat (5/2/2010) mengatakan, potensi energi dari laut itu telah dikaji BPPT. Hasilnya, belum layak sebagai pembangkit karena investasinya mahal. “Sampai sekarang hidrokinetik di dunia masih dalam taraf riset, belum ada yang komesial karena biaya produksi listrik yang dihasilkan per kWh masih sangat mahal," katanya.

Sementera itu pemanfaatan gelombang laut di pesisir Lombok, jelas Agus Rusyana Hoetman, Asisten Deputi bidang perkembangn Rekayasa, Kementerian Riset dan Teknologi sebenarnya sudah diteliti untuk pemanfaatannya dalam skala kecil oleh tim peneliti dari Universitas Mataram yang dipimpin oleh I Made Adi Sayogya. Energi arus laut dikonversikan menjadi energi mekanis untuk menggerakkan pompa air untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian dan air bersih di pesisir.

Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Lombok, Universitas Mataram juga mengembangkan sistem pembangkit listrik Mikro Hidro semi terapung tipe terowongan, untuk membantu masyarakat di pinggir sungai memperoleh listrik murah yang ramah lingkungan. Pada sungai sedalam 2 meter dan lebar 2,75 meter serta berkecepatan aliran 2,45 meter/detik dapat membangkitkan listrik dengan daya hidrokinetik sebesar 3.371 Watt.

YUN

Sumber : Kompastekno






0 comments:

Post a Comment

 
Knowledge is Everything Copyright © 2011